SISTEM
INFORMASI RUMAH SAKIT
1.
Pengertian
SIRS
Sistem
Informasi Rumah sakit adalah suatu tatanan yang berurusan dengan pengumpulan
data, pengolahan data, penyajian informasi yang dibutuhkan untuk kegiatan rumah
sakit.
2.
Kedudukan
Sistem Informasi Rumah sakit
Dalam
industry bussines, subsistem informasi memperoleh kedudukan yang besar sejak
tahun 1965, bila rumah sakit ingin mengarah pada kedudukan industry sudah
selayaknya menempatkan informasi pada kedudukan yang lebih besar dan lebih
penting.
Arus
data informasi pada Rumah sakit digambarkan seperti berikut ini:
3.
Jenis
Sistem Informasi RS
Sistem
Informasi Rumah sakit, terbagi atas 3 jenis di bawah ini yaitu:
1. Sistem
Informasi Klinik
2. Sistem
Informasi Administrasi
3. Sistem
Informasi Manajemen
Masing-masing sistem dapat
dilakukan secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan sebagai suatu kesatuan
yang integral.
1) Sistem
Informasi Klinik
Meruapakn system informasi yang
secara langsung untuk membantu pasien dalam hal pelayanan medis. Contohnya
yaitu:
-
Sistem informasi di ICU.
-
Sistem informasi pada alat seperti CT
Scan, USG.
2) Sistem
Informasi Administrasi
Yaitu sistem informasi yang membantu
pelaksanaan Administrasi di rumah sakit. Contohnya:
-
Sistem informasi Administrasi.
-
Sistem informasi Billing sistem.
-
Sistem informasi Farmasi.
-
Sistem informasi penggajian.
3) Sistem
Informasi Manajemen
Merupakan sistem informasi yang
membantu menajemen rumah sakit dalam pengambilan keputusan. Contohnya:
-
Sistem informasi manajemen pelayanan.
-
Sistem informasi keuangan.
-
Sistem informasi pemasaran.
4.
Manfaat
SIRS
Dalam siklus manajemen di rumah
sakit, hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya adalah:
1. Permintaan
tujuan dan target.
2. Memperhatikan
kebutuhan pelayanan.
3. Alokasi
sumber daya.
4. Pengendalian
mutu pelayanan.
5. Evaluasi
program.
Kelima hal diatas
saling berhubungan dan informasi akan menjadi berperan penting dalam siklus
pengambilan keputusan. Untuk memenuhi kegiatan manajemen tersebut diperlukan
adanya informasi, jadi informasi berperan dalam hal pengambilan keputusan.

|

|

|
|







|




Dari gambaran diatas
menunjukkan informasi akan menjadi sentral untuk keputusan manajerial, berperan
timbale balik artinya makin baik sistem informasi maka akan lebih baik pula
keputusan yang diambil. Sebaliknya, makin buruk sistem informasi di rumah sakit
maka keputusan yang duambil akan semakin buruk.
Secara lebih rinci SURS berperan dalam
mendukung:
1. Pengendalian
mutu pelayanan medis.
2. Pengendalian
mutu dan penilaian produktivitas.
3. Analisa
pemanfaatan dan perkiraan kebutuhan.
4. Perencanaan
dan evaluasi program.
5. Menyederhanakan
pelayanan.
6. Penelitian
klinis.
7. Pendidikan.
A. SISTEM INFORMASI PEMASARAN RUMAH
SAKIT
Sistem Informasi
pemasaran rumah sakit adalah suatu struktur yang berlanjut, dan saling terkait
dari orang, peralatan, dan prosedur yang ditujukan untuk mengumpulkan,
menyaring, menganalisis, dan membagikan informasi yang spesifik, tepat waktu
dan cermat untuk digunakan oleh para pengambil keputusan dibidang pemasaran
dengan tujuan penyempurnaan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian
pemasaran. Pokok-pokoknya meliputi hal-hal seperti :
1. Adanya
sistem yang terdiri dari orang, alat, dan prosedur yang diatur sehingga
merupakan struktur yang terkait.
2. Pembuatan
Informasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data, menyaring adat yang relevan,
menganalisis, mengubahnya menjadi informasi, untuk dibagikan kepada yang
membutuhkan, merupakan bagian penting dari proses pemasaran, yaitu pada tahap
analisis dari 6 tahap yang ada.
3. Sistem
informasi haruslah spesifik, tepat waktu, cermat.
Syarakt
informasi yang baik akan menentukan kualitas informasi (quality of information)
termasuk pula sifat relevan atau memang sesuai dengan kebutuhan. Akurat berarti
informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak bias atau menyesatkan.
Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Tepat pda
waktunya berarti informasi yang datang pada penerima tidak boleh terlambat.
Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena informasi
merupakan landasan di dalam pengambilan keputusan. Relevan berarti informasi
tersebut mempunyai manfaat untuk pemakaiannya. Relevansi informasi untuk tiap
orang satu dengan yang lainnya berbeda.
Informasi yang berkualitas yang terkait dengan
informasi pemasaran, yang berguna sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan
lebih lanjut ternyata ada 5 elemen penting. Diantaranya adalah:
a. Dasar
pemilihan dari pelanggaran yang akan dilayanani.
b. Perlunya
informasi pemasaran hasil pengumpulan data yang cocok.
c. Strategi
yang sesuai yang dapat mencapai tujuan pemasaran secara benar.
d. Pelaksanaan
operasional yang efektif, sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
e. Intergrasi
dari pengorganisasian pemasaran.
4. Pemakai
adalah para pengambil keputusa di bidang
pemasaran yang akan menghasilkan contoh program pemasaran.
5. Tujuan
yang akan dicapai oleh adanya sistem informasi adalah penyempurnaan perencanaan
seperti perencanaan strategis atau strategi jangka panjang.
B.
SISTEM
INFORMASI KEUANGAN RUMAH SAKIT
Sistem
informasi keuangan rumah sakit bertujuan auntuk meringankan beban administrative,
baik dari banyaknya tumpukan kertas, lamanya proses dan sulitnya perhitungan. Sistem
Informasi administratif adalah sistem informasi yang berperan dalam proses
administrasi. Proses administrasi disini adalah proses mencatat, perhitungan
dan surat menyurat. Proses administrasi di RS biasanya meliputi:
1. Keuangan
RS, baik dari pasien dan untuk kepentingan RS.
2. Kepegawaian.
3. Penerimaan
pasien.
4. Administrasi
umum, seperti ketatausahaan dan pengarsipan.
Sistem informasi tersebut dikembangkan untuk
memperoleh kemudahan proses, mengurangi beban kerja, mengurangi jumlah kertas
dan arsip, dan juga mempercepat proses.
A. Karakteristik
Sistem Informasi Administratif
Sistem
Informasi Administratif mempunyai beberapa karakteristik diantanya adalah:
1. Menangani
pencatatan
Sistem informasi administrative,
berusaha menangani pencatatan yang semakin rumit dan kompleks. Seperti
penagihan pada pasien, karena banyaknya pelayanan, maka semakin rumit dan lama,
di lain pihak, pasien butuh kecepatan.
2. Menangani
perhitungan
Seperti pada jumlah barang yang
beredar di RS sangat banyak jenis dan jumlahnya. Monitoring stock obat akan jadi masalah. Maka sistem informasi akan
menolong perhitungan secara cepat.
3. Menangani
pengarsipan
Adanya arsip yang bertumpuk dari
kertas-kertas dapat dikurangi dengan sistem informasi administrasi ini,
sehingga akan menghemat ruangan dan tempat penyimpanan.
4. Bila
dilihat diatas akan berperan secara jelas pada kegiatan yang sekarang ini
banyakk melibatkan karyawan dan deretan meja serta kertas.
Akan
tetapi ada yang harus diperhatikan yaitu sistem informasi administrative, bisa
dikembangkan dengan komputerisasi secara baik bila sistem manualnya telah
ditata dengan baik. Jadi sebelum mengembangkan komputerisasi, harus perbaiki
sistem manualnya terlebih dahulu. Dalam komputerisasi administrative ada
baiknya dikembangkan secara bertahap dan individual, terus kea rah Local Area
Network (sistem informasi secara regional). Karena bila langsung secara
integrasi akan memerlukan “memory” yang besar.
Komputerisasi
tidak bisa dikembangkan secara baik tanpa pengembangan sistem manual juga
terdapat keterbatasan. Keterbatasan tersebut diantaranya:
a. Keterbatasan
sistem
Sistem informasi administrative yang
menggunakan computer, harus secara jelas didasari oleh manual. Jadi manualnya
harus dirapihkan terlebih dahulu, baru kemudian sistem informasi komputerisasi
dapatb dikembangkan.
b. Keterbatasan
perangkat sistem
Perangkat harus yang dipergunakan
mempunyai keterbatasan “memory” dan kecepatan. Sehingga beban kerja harus
disesuaikan, maka dianjurkan pengembangan yang bertahap.
c. Keterbatasan
perangkat lunak
Perangkat lunak yang ada banyak dibuat
secara “tailor made”, yaitu sesuai
dengan RS tertentu.
d. Keterbatsan
operator
Pengguna sistem harus terlatih, karena
apabila salah mengisi maka akibatnya hasil yang terjadi akan salah juga. Latihlah
operator yang terampil dan selalu ada cadangan petugas yang bisa menggantikan
bila berhalangan. Bila hal ini tidak disiapkan maka akan terjadi kelumpuhan
sistem apabila salah seorang operator berhalangan.
C. APLIKASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN
PADA SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT.
Sitem
informasi rumah sakit tidak dapat lepas kaitannya dengan sistem informasi
kesehatan karena sistem ini merupakan aplikasi dari sistem informasi kesehatan
itu sendiri. Untuk itu, perlu diketahui sedikit tentang sistem informasi rumah
sakit yang ada di Indonesia, mulai dari rancang bangun (desain) sistem
informasi rumah sakit hingga pengembangannya.
1. Rancang
Bangun (desain) Sitem Informasi Rumah Sakit
Rancang
Bangun Sistem Informasi Rumah sakit (SIRS), sangat bergantung kepada jenis dari
rumah sakit tersebut. Rumah sakit di Indonesia, berdasarkan kepemilikannya
menjadi 2, yaitu sebagai berikut:
a. Rumah
sakit pemerintah, yang dikelola oleh:
1) Departemen
Kesehatan.
2) Departemen
Dalam Negeri.
3) TNI.
4) BUMN.
Sifat rumah sakit ini adala tidak
mencari keuntungan (non profit).
b. Rumah
Sakit Swasta, yang dimiliki dan dikelola oleh sebuah yayasan baik yang sifatnya
tidak mencari keuntungan (non profit) maupun memang mencari keuntungan
(profit).
Untuk menyusun
SIRS digunakan 4 pertanyaan sederhana sebagau berikut:
a. Apa
fungsi/tugas utama dari rumah sakit? Jawaban pada umumnya adalah layanan
kesehatan
b. Apa
objek/sasaran dari fungsi/tugas utama rumah sakit? Jawaban pada umumnya adalah
pasien?penderita.
c. Dukungan
operasional apa saja yang diperlukan oleh rumah sakit? Jawaban pada umumnya
adalah tenaga kerja, keuangan dan sarana atau prasarana.
d. Sistem
apa yang dibutuhkan untuk mngelola rumah sakit tersebut? Jawaban pada umumnya
adalah manajemen rumah sakit.
Berdasarkan
jawaban tersbut, maka SIRS terdiri dari:
a. Subsistem
Layanan Kesehatan, yang mengelola kegiatan layanan kesehatan.
b. Subsistem
Rekam Medis, yang mengelola data pasien.
c. Subsistem
Personalia, yang mengelola data-data dan transaksi keuangan.
d. Subsistem
Sarana/Prasarana, yang mengelola sarana dan prasarana yang ada di dalam
rumah sakit tersebut, termasuk peralatan
medis, persediaan obat-obatan dan bahan habis pakai lainnya.
e. Subsistem
Manajemen Rumah Sakit, yang mengelola aktivitas yang ada didalam rumah
sakit tersebut, termasuk pengelolaan
data untuk perencaan jangka panjang, jangka pendek, pengambilan keputusan dan untuk
layanan pihak luar.
Ke 6 subsistem tersebut
diatas kemudian harus dijabarkan lagi ke dalam modul-modul yang sifatnya lebih
spesifik. Subsistem Layanan Kesehatan dapat dijabarkan lebih lanjut menjadi:
1.
Modul Rawat Jalan, yang mengelola
data-data dan aktivitas layanan medis rawat jalan.
2. Modul
Rawat Inap, yang mengelola data-data dan aktivitas layanan medis rawat inap.
3.
Modul Layanan Penunjang Medis, termasuk
didalamnya tindakan medis, pemeriksaan laboratorium, dsb.
D. PENGEMBANGAN
SISTEM INFORMASI RUMAH SAKIT
Dalam
melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu dalam 2 hal penting
yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS” dan “sasaran pengembangan
SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang umumnya dipergunakan dalam
penyusunan spesifikasi
SIRS adalah
sebagai berikut:
1. SIRS
harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional dalam
memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
2. SIRS
harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi dalam
jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS
dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan maupun
pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
4. SIRS
yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna terhadap
usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada maupun
yang sedang dikembangkan.
5. SIRS
yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptas terhadap perubahan dan
perkembangan dimasa datang.
6. Usaha
pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan biaya
investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat yang
berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.
7. SIRS
yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedini mungkin.
8. Pentahapan
pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-masing subsistem
serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.
9. SIRS
yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi petugas
yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
10. SIRS
yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin perubahan, karena
keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk melakukan adaptasi
dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan
diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat terhadap pengembangan
SIRS.
Atas dasar dari
penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di atas,
selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari Sasaran
Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
1) Memiliki
aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau pengawasan (auditable)
maupun dalam hal pertanggungjawaban penggunaan dana (accountable) oleh
unit-unit yang ada di lingkungan rumah sakit.
2) Terbentuknya
sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan, akan tetapi cukup
lengkap dan terpadu.
3) Terbentuknya
suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan akan informasi yang
relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data yang bersifat dinamis.
4) Meningkatkan
daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan menekan pemborosan.
5) Terjaminnya
konsistensi data.
6) Orientasi
ke masa depan
7) Pendayagunaan
terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah ada maupun sedang
dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan mempertimbangkan
integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS.
SIRS
merupakan suatu sistem informasi yang, cakupannya luas (terutama untuk rumah
sakit tipe A dan B) dan mempunyai kompleksitas yang cukup tinggi. Oleh karena
itu penerapan sistem yang dirancang harus dilakukan dengan memilih pentahapan
yang sesuai dengan kondisi masing-masing subsistem, atas dasar kriteria dan
prioritas yang ditentukan. Kesinambungan antara tahapan yang satu dengan
tahapan berikutnya harus tetap terjaga. Secara garis besar tahapan pengembangan
SIRS adalah sebagai berikut:
a.
Penyusunan Rencana Induk Pengembangan SIRS,
b.
Penyusunan Rancangan Global SIRS,
c.
Penyusunan Rancangan Detail/Rinci SIRS,
d.
Pembuatan Prototipe, terutama untuk aplikasi yang sangat spesifik,
e.
Implementasi, dalam arti pembuatan aplikasi, pemilihan dan pengadaan perangkat
keras maupun perangkat lunak pendukung.
f.
Operasionalisasi dan Pemantapan.
Sistem
Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital
Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah rumah sakit
dalam era globalisasi, namun untuk membangun sistem informasi yang terpadu
memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar. Kebutuhan akan tenaga dan
biaya yang besar tidak hanya dalam pengembangannya, namun juga dalam
pemeliharaan SIRS maupun dalam melakukan migrasi dari sistem yang lama
pada sistem yang baru. Selama manajemen rumah sakit belum
menganggap
bahwa informasi adalah merupakan aset dari rumah sakit tersebut, maka kebutuhan
biaya dan tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan
sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan akan informasi. Kalau informasi telah
menjadi aset rumah sakit, maka beban biaya untuk pengembangan, pemeliharaan
maupun migrasi SIRS sudah selayaknya masuk dalam kalkulasi biaya layanan
kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit itu. Perlu disadari sepenuhnya,
bahwa penggunaan teknologi informasi dapat menyebabkan ketergantungan, dalam
arti sekali mengimplementasikan dan mengoperasionalkan SIRS, maka rumah sakit
tersebut selamanya terpaksa harus menggunakan teknologi informasi. Hal ini
disebabkan karena perubahan dari sistem yang terotomasi menjadi sistem manual
merupakan kejadian yang sangat tidak menguntungkan bagi rumah sakit tersebut.
Perangkat
lunak SIRS siap pakai yang tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar
adalah perangkat lunak SIRS yang hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa
subsistem dari SIRS. Untuk dapat memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan
perangkat keras yang akan digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah
memiliki rancang bangun (desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan situasi
rumah sakit.